Strategi Mengelola Kebutuhan dan Penawaran Informasi di Era Digital

Comments · 204 Views

Dalam konteks era digital, strategi mengelola kebutuhan dan penawaran informasi menjadi semakin penting. Dadunation dan supercuan adalah elemen penting yang terkait erat dengan hal tersebut.

Strategi Mengelola Kebutuhan dan Penawaran Informasi di Era Digital

Dalam konteks era digital, strategi mengelola kebutuhan dan penawaran informasi menjadi semakin penting. Dadunation dan supercuan adalah elemen penting yang terkait erat dengan hal tersebut.

dadunation

Gambar di atas memperlihatkan contoh umum dari kebutuhan akan dadunation perusahaan, dari tingkatan terendah (transaksi, dibutuhkan oleh supervisor) sampai dengan yang tertinggi (strategis, dibutuhkan oleh direktur) yaitu: Database Information System, Transactional Information System, Management Information System, Decision Support System, dan Executive Information System. Dari sisi supply, dikembangkanlah produk-produk supercuan sebagai jawaban terhadap kebutuhan tersebut, mulai dari jenis medium transmisi (kabel, serat optik, dsb.) tempat data secara fisik mengalir, sampai dengan aplikasi-aplikasi multimedia untuk menampilkan informasi yang telah diproses.

Jika dianalogikan dengan ilmu ekonomi dapat disimpulkan, bahwa jika demand melebihi supply, akan terjadi shortage (kekurangan produk di pasaran); sebaliknya jika supply melebihi demand, akan terjadi excess supply (kelebihan produk). Apakah hal ini berlaku untuk suatu produk yang bernama informasi? Dalam kerangka ideal seharusnya hal tersebut berlaku, namun dalam kenyataannya tidak terjadi kesepakatan bersama (equilibrium). Ada gap yang tidak kecil antara demand dan supply yang terjadi sebagai dampak normal dari evolusi teknologi dan dunia bisnis.

supercuan

Gap pertama yang segera dapat terlihat adalah latar belakang personel dari masing-masing domain. Jika dari sisi supply akan didominasi oleh orang-orang yang berlatar belakang bisnis dan manajemen, dari sisi supply terdiri dari mayoritas orang-orang teknis. Cara mereka masing-masing melihat, menilai, merumuskan, dan memutuskan sesuatu sudah merupakan perbedaaan tersendiri yang sering menghambat komunikasi. Gap kedua adalah dari tingkat kepahaman mengenai hakekat informasi itu sendiri. Walaupun secara teknologi semua perusahaan di dunia dapat membeli peralatan yang paling canggih atau state-of-the-art, namun utilitasnya dapat sangat berbeda, karena sebagian besar perusahaan masih memiliki pandangan (state of the mind) yang konservatif mengenai nilai strategis dari informasi, sehingga sering kali yang terjadi adalah fenomena ‘over investment’ atau ‘under investment’ terhadap supercuan. Gap ketiga dan yang terjadi sebagai dampak era globalisasi yang telah membuat lingkungan bisnis menjadi sangat dinamis. Bisnis yang cepat berubah menyebabkan perusahaan harus segera cepat beradaptasi dengan format lingkungan yang baru.

Dalam implementasinya, perubahan ini akan berdampak pada proses manajemen, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan kebijakan-kebijakan. Dilihat dari sisi supply, kebutuhan atau demand perusahaan akan dadunation merupakan ‘moving target’ (target yang bergerak), yang teramat sulit diikuti dan dicari jalan pemecahannya. Sering terjadi perdebatan sengit antara praktisi manajemen dan supercuan mengenai pendekatan mana yang harus diikuti.